Monday, June 1, 2009

Kepingan Legenda : Menghirup "Udara Segar"

Hari itu sebuah kalimat mengejutkan yang sekarang menjadi legenda terucap dari bibir satu-satunya mahluk cantik di sebuah kabin bergerak "Yuk ke Bogor", aku yang setengah terkejut mengucap "Mau cari udara segar?", dan jawabannya sangat tidak diduga "Iya, udara segar"; Masih terkejut antara tidak percaya yang kami dengar, alasan yang klise tapi indah, dan percaya karena hal mendadak seperti ini sudah sering terjadi.

Mengapa kami terkejut tentu ada alasannya, untuk itu harus kembali ke hari sebelumnya. Hari itu sudah tidak bisa dikatakan siang, sebuah pesan singkat melalui sms "Besok agak siang kita jalan", masih setengah tidak percaya dengan tulisan "ke mana?", seperti biasa jawaban yang ada sangatlah jelas "Yang penting pergi, paling FX atau Grand Indonesia".

Ada dua alasan pertama yang membuat rasa terkejut itu, yang pertama "agak siang" yang dimaksud adalah jam 3 siang, yang kedua adalah letak Bogor dan FX yang "sejalan luruuuuuuus".

Kisah tidak tamat sampai sini, karena kisah legenda ini baru saja dimulai...

Sesampainya di Bogor, saatnya untuk berganti kemudi, kopling pun diinjak, persenling mulai dioper dari gigi netral dioper ke gigi satu, dari gigi satu....tidak bisa berpindah ke gigi dua ! Mungkin kalau anda melihat kami malah tertawa bukannya kaget atau panik, kita harus kembali ke kejadian sesaat sebelum berangkat dari basement kampus Anggrek tercinta, Bina Nusantara.

Ketika itu sudah ada semacam intuisi, akan ada banyak hal menarik seperti biasa, meskipun tidak seperti yang diimpikan. Hari itu adalah hari kegembiraan bagi teman kami tercinta, Dedi Jayadi, karena ia akan praktek mengemudi setelah mendapatkan SIM, yang entah mungkin dia beli seperti asumsi Felix dan Xtyan, dengan senyum penuh percaya diri ia duduk di kursi panas yang memiliki kuasa menentukan hidup mati orang yang duduk di sekelilingnya.

Kami semua mempercayai dia akan menyetir dengan berhati-hati, meski kemudian dia menyalakan mesin tanpa memeriksa status perseneling terlebih dahulu (yang berada pada posisi gigi satu), dan ya aku nyaris jadi korban karena mobil melompat sesaat setelah mesin menyala dan mati lagi. Teriakan histeris pun terdengar karena teman-teman mengkhawatirkan kondisiku, terus terang terharu rasanya mengingat hal itu.

Teman kami itu pun langsung menyadari betapa besar kuasa dirinya karena mampu menentukan hidup mati teman-temannya, ia menjadi makin haus kekuasaan...maksud saya ingin memberi kuasanya pada teman yang lain. Namun, kami menolak karena kami masih percaya pada dirinya.

Sempat terpikir GPS merupakan hadiah yang tepat untuk teman kami tercinta itu, karena keluar dari Basement saja seolah seperti sedang ikut babak final lomba Triwizard di kisah Harry Potter. Situasi bertambah menyenangkan mengetahui fakta bahwa jika kita berusaha mengoper perseneling dari gigi satu ke gigi dua, maka perseneling akan crash/hang, dan ajaibnya setelah dikembalikan ke posisi netral, sistem akan menjadi error dan perseneling akan macet sepenuhnya.

Keajaiban sistem mobil tersebut tidak berhenti di sini, tapi itu akan diceritakan nanti. Satu pesan sebelum kita lanjutkan cerita ini, jika kamu tidak merasa senang dengan jalan-jalan bersama temanmu, mungkin sudah waktunya mencari yang lebih sesuai.

Karena meskipun banyak keajaiban ketika kita pergi bersama, kami selalu merasa senang.

Wisata tidak lengkap tanpa yang namanya kuliner, alias makan. Karena tidak tahu apa makanan khas Bogor, kami akhirnya makan di Jimbaran yang menyediakan ala warung-warung di Binus yang bisa pilih lauk yang ditampilkan lalu bayar, dengan harga yang sedikit berbeda. Kami sedikit tahu diri karena takut harganya yang tidak tertulis bisa mencapai digit yang melebihi saldo kami di dompet, kecuali satu teman kami yang seperti biasa memilih yang harganya tiga kali lipat dibanding yang kami pilih (meskipun kali ini ia tidak bermaksud seperti itu).

Seharusnya biasanya cerita sudah usai sampai di sini, tapi yang namanya legenda tentu beda dengan cerita biasa.

Udara segar tidak hanya ada di Bogor, tetapi juga di Jakarta, Citos tepatnya, udara sangat segar karena memang jam sudah melewati batas di mana udara panas berganti menjadi sejuk. Ya, sesampainya di Jakarta kami tidak menutup hari begitu saja, tentu tenaga yang tersisa masih sangat banyak, sekumpulan anak muda yang gemar bersenang-senang tanpa harus melakukan hal ekstrim seperti mencoba kue marie—juana, yang jatuh hati pada Burger King, awalnya mengapa kami jatuh cinta pada Burger King ini ada kisahnya tersendiri tapi itu akan diceritakan nanti suatu saat.

Ketika jarum jam makin bergeser, kami pun segera memutuskan untuk segera memulai hari dengan tidur. Apa daya ketika menemui kenyataan bahwa mobil pun memiliki keinginan untuk menghirup udara segar dengan menolak berpindah dari tempat parkir. Tidak mengapa, kami paham dia sudah bekerja keras hari itu, 30 menit saja cukup untuk membujuk mobil ini.

PS : Siapa yang masih ingat? Ada yang berdua menuju Jakarta Timur dari Jakarta Barat dengan hand rem terangkat setengah tiang?