Dear Friend,
Pernahkah anda jatuh cinta?
Entah pernah atau belum, membaca tulisan tentang cinta selalu menyenangkan meskipun kisah cinta tidaklah selalu menyenangkan, mengapa? Karena itulah cinta, baik kisah macam Cinderella yang berakhir bahagia, tentu terlepas dari pemikiran beberapa orang skeptis yang menyusun hipotesa bahwa kisah Cinderella itu belum tentu berakhir bahagia, atau kisah tragedi Romeo and Juliet yang melegenda, sebuah mahakarya yang terukir dalam diri manusia.
Cinta atau cinta?
Itulah pertanyaannya, pernahkah anda mendengar "Love makes the world go round" ? Mampukah anda membayangkan kehidupan tanpa cinta? Boleh percaya atau tidak tapi cintalah yang sampai hari ini masih memungkinkan kita untuk hidup, setidaknya cinta akan diri sendiri, terlepas dari itu kita akan melihat orang yang tanpa asa akan tiada ragu memilih untuk lari dari kenyataan karena tidak dapat melihat indahnya cinta yang membuat dunia ini begitu indah.
Dalam suratku kali ini saya ingin mempertanyakan tentang cinta yang bertepuk sebelah tangan, tadinya saya hendak memberi judul tentang : dia dan dia, sungguh disayangkan kata ganti orang ketiga "dia" tidak dapat menunjukkan jenis kelamin bisa dikatakan ada sebuah keuntungan dari hal tersebut dan ada kerugiannya, tapi marilah tidak kita bahas lebih lanjut, karena judul kali ini akhirnya diputuskan "tentang : ide mencintai".
Apakah anda mengenal lirik lagu ini "...baru kusadari cintaku bertepuk sebelah tangan...kau buat remuk sluruh hatiku..." ya itu adalah sepenggal lirik lagu Dewa 19 yang berjudul Pupus, menceritakan betapa menyakitkannya jika cinta tidak berbalas, pernahkah anda mengalami? Mungkin anda termasuk orang yang beruntung karena belum pernah merasakannya, tapi meskipun saya tidak seberuntung itu, saya tidak pernah menyesal mengalaminya.
Kenangan yang jika diingat itu masih menyisakan sedikit rasa pahit dalam hidup, dalam benak terpikir kehilangan cinta, makan tidak enak, tidur pun susah, hidup segan mati tak mau, itulah hebatnya pikiran manusia, sungguh seperti kata Plato "Saya ada karena (saya) berpikir", baru saja kita berpikir cinta itu telah hilang dan hidup ini serta merta seolah bagai lilin dengan sumbu yang tercabut, hendak menyala tidak bisa, meleleh pun tiada sanggup, bagaimana jika kita benar-benar kehilangan cinta?
Berbagai skenario terlintas dalam benak dari berjuang hingga tetes darah penghabisan sampai mengemis cinta sudah tersusun rapi siap dipentaskan. Jika "jadian" adalah ujung dari sebuah perjalanan sudah tentu tanpa ragu aku akan mementaskan semua skenario, sayangnya "jadian" atau tidak "jadian" itu adalah persimpangan jalan, "jadian" atau tidak "jadian" itu adalah pertanyaannya, di depan sana masih ada kabut tebal yang menyelimuti, buat apa memaksakan diri membuka hati seseorang? Seperti apapun kita memaksa, toh hati itu tidak akan terbuka.
Bukankah bukan dia yang kita cintai, melainkan ide alias (lagi-lagi) hasil dari pikiran kita sendiri, kita mencintai sebuah ide bahwa kita mencintai dia, maka tidak heran bila keterusan kita bisa menjadi skeptis dan menurunkan derajat cinta menjadi sebuah ilusi semata
seperti yang dilantunkan X JAPAN dalam Endless Rain "... You're just an illusion.
When I am awake, my tears have dried in the sands of sleep..."
Pernahkah anda jatuh cinta?
Entah pernah atau belum, membaca tulisan tentang cinta selalu menyenangkan meskipun kisah cinta tidaklah selalu menyenangkan, mengapa? Karena itulah cinta, baik kisah macam Cinderella yang berakhir bahagia, tentu terlepas dari pemikiran beberapa orang skeptis yang menyusun hipotesa bahwa kisah Cinderella itu belum tentu berakhir bahagia, atau kisah tragedi Romeo and Juliet yang melegenda, sebuah mahakarya yang terukir dalam diri manusia.
Cinta atau cinta?
Itulah pertanyaannya, pernahkah anda mendengar "Love makes the world go round" ? Mampukah anda membayangkan kehidupan tanpa cinta? Boleh percaya atau tidak tapi cintalah yang sampai hari ini masih memungkinkan kita untuk hidup, setidaknya cinta akan diri sendiri, terlepas dari itu kita akan melihat orang yang tanpa asa akan tiada ragu memilih untuk lari dari kenyataan karena tidak dapat melihat indahnya cinta yang membuat dunia ini begitu indah.
Dalam suratku kali ini saya ingin mempertanyakan tentang cinta yang bertepuk sebelah tangan, tadinya saya hendak memberi judul tentang : dia dan dia, sungguh disayangkan kata ganti orang ketiga "dia" tidak dapat menunjukkan jenis kelamin bisa dikatakan ada sebuah keuntungan dari hal tersebut dan ada kerugiannya, tapi marilah tidak kita bahas lebih lanjut, karena judul kali ini akhirnya diputuskan "tentang : ide mencintai".
Apakah anda mengenal lirik lagu ini "...baru kusadari cintaku bertepuk sebelah tangan...kau buat remuk sluruh hatiku..." ya itu adalah sepenggal lirik lagu Dewa 19 yang berjudul Pupus, menceritakan betapa menyakitkannya jika cinta tidak berbalas, pernahkah anda mengalami? Mungkin anda termasuk orang yang beruntung karena belum pernah merasakannya, tapi meskipun saya tidak seberuntung itu, saya tidak pernah menyesal mengalaminya.
Kenangan yang jika diingat itu masih menyisakan sedikit rasa pahit dalam hidup, dalam benak terpikir kehilangan cinta, makan tidak enak, tidur pun susah, hidup segan mati tak mau, itulah hebatnya pikiran manusia, sungguh seperti kata Plato "Saya ada karena (saya) berpikir", baru saja kita berpikir cinta itu telah hilang dan hidup ini serta merta seolah bagai lilin dengan sumbu yang tercabut, hendak menyala tidak bisa, meleleh pun tiada sanggup, bagaimana jika kita benar-benar kehilangan cinta?
Berbagai skenario terlintas dalam benak dari berjuang hingga tetes darah penghabisan sampai mengemis cinta sudah tersusun rapi siap dipentaskan. Jika "jadian" adalah ujung dari sebuah perjalanan sudah tentu tanpa ragu aku akan mementaskan semua skenario, sayangnya "jadian" atau tidak "jadian" itu adalah persimpangan jalan, "jadian" atau tidak "jadian" itu adalah pertanyaannya, di depan sana masih ada kabut tebal yang menyelimuti, buat apa memaksakan diri membuka hati seseorang? Seperti apapun kita memaksa, toh hati itu tidak akan terbuka.
Bukankah bukan dia yang kita cintai, melainkan ide alias (lagi-lagi) hasil dari pikiran kita sendiri, kita mencintai sebuah ide bahwa kita mencintai dia, maka tidak heran bila keterusan kita bisa menjadi skeptis dan menurunkan derajat cinta menjadi sebuah ilusi semata
seperti yang dilantunkan X JAPAN dalam Endless Rain "... You're just an illusion.
When I am awake, my tears have dried in the sands of sleep..."